Berbicara tentang orang miskin - menghantar kita
pada sebuah dialog ketika Yesus diurapi oleh Maria di kota Betania. Berdasarkan
Yoh. 12:1-8, Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang
sangat mahal harganya. Melihat peristiwa peminyakan kaki Yesus itu, Yudas
Iskariot menjadi marah. Alasan kemarahannya diungkapkan dalam ay. 5:
"Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya
diberikan kepada orang-orang miskin?" Sebuah alasan yang luar biasa
baiknya. Alasan yang menunjukkan keberpihakan pada orang-orang miskin. Bila
kita melihat sebatas itu, tentu kita akan menaruh apresiasi yang luar biasa
terhadap Yudas. Namun, pada ay. 6 dikatakan alasan di balik sikap Yudas
tersebut: " Hal itu dikatakannya bukan karena dia memperhatikan nasib
orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri..."
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
seringkali realita di tengah-tengah kehidupan kita menunjukkan bahwa
orang-orang miskin termasuk orang-orang yang lemah, kurang bahkan tidak
berpendidikan, sehingga mudah "dimanfaatkan". Kita lihat saja apa
yang terjadi di tengah-tengah bangsa Indonesia ini, pemerintah menggulirkan
Bantuan Langsung Tunai - sebuah perhatian pada kehidupan orang miskin. Tetapi,
siapa yang menerima bantuan itu? Belum lagi bila kita berbicara tentang apa
yang dialami oleh masyarakat di pedesaan - mereka yang hidup dalam kemiskinan
karena terlilit tengkulak dan rentenir.
Kenyataan yang demikian juga yang terjadi dalam
kehidupan Bangsa Israel pada masa Amos. Sebagai umat Tuhan, mereka melakukan
ketidakadilan, bahkan menindas kehidupan sesamanya. Pada Amos 5:7 dikatakan:
"Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh dan yang mengempaskan
kebenaran ke tanah." Dan pada ay. 11 dikatakan: "Sebab itu, karena kamu
menginjak-injak orang yang lemah dan mengambil pajak gandum
daripadanya..." Berdasarkan hal ini, Firman Tuhan menurut bahwa sumber
kemiskinan adalah ketidak-adilan. Mungkin masih ingat betapa miskinnya
masyarakat Papua di lumbun; Daerah yang memiliki kekayaan alam terbesar di
negeri ini, tetapi' hidup mereka jauh dari layak. Karena apa? Karena
ketidak-adilan.
Melalui Evangelium ini, secara
tegas Firman Tuhan katakan dalam ay.7: "Tuhan telah bersumpah demi
kebanggaan Yakub: Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala
perbuatan mereka." Artinya, Allah sungguh tidak berkenan dengan
perbuatan-perbuatan yang "memanfaatkan" kemiskinan orang lain. Karena
Tuhan katakan pada ay. 10 a: "Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi
perkabungan, dan segala nyanyianmu menjadi
ratapan." hal ini menunjukkan bahwa Allah sungguh berpihak pada
orang-orang miskin dan tidak berdaya.
Keberpihakan ini juga semakin
dipertegas oleh Tuhan Yesus. Dalam Injil Matius 25:31-46, ketika Yesus menjawah
pertanyaan orang orang, maka dalam ay. 40 dikatakan: "Dan Raja itu akan
menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu
lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku." Itu berarti, Tuhan Yesus mau mengatakan bahwa
perbuatan baik yang kita lakukan terhadap orang-orang miskin dan sengsara -
merupakan sebuah perbuatan terhadap Tuhan. Kenapa demikian? Karena kehadiran
orang miskin merupakan manifestasi kehadiran Allah di tengah-tengah dunia ini.
Seorang teolog dari Korea yang bernama Choan Seng Song menyebutkannya dengan
sebuah istilah yang sangat menarik: "Allah yang turut menderita."
Sehingga segala sesuatu yang kita lakukan terhadap orang miskin merupakan
perbuatan kita kepada Tuhan. Bila kita "menghisap" orang miskin
sehingga penderitaan mereka semakin berat, berarti kita telah melakukannya
kepada Tuhan. Sebaliknya, bila kita menolong mereka sehingga beban
penderitaannya berkurang, berarti tika telah melakukan yang baik bagi Tuhan.
Saudara-saudara, bila kita
telusuri lagi Matius 25:31-46, ternyata perbuatan kita terhadap orang miskin
memiliki ganjaran. Dalam ay. 46 dikatakan: Dan mereka ini akan masuk ke tempat
siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Hal ini
tentu saja sejalan dengan Epistel dari Lukas 16:19-31 - ternyata orang kaya
yang tidak perduli terhadap Lazarus yang miskin itu - dia dihukum di alam maut.
Oleh karena itu, melalui Firman Tuhan ini, Tuhan mengajak kita untuk perduli
terhadap mereka yang hidup dalam kemiskinan dan tidak "memanfaatkan"
kemiskinan mereka untuk keuntungan diri kita. Tuhan memberkati. Amin.
Nats ini merupakan perumpamaan Tuhan Yesus, yang
mengajak kita melihat bagaimana isi atau tujuan perumpamaan ini. Untuk dapat
lebih memahami apa yang diharapkan dari nats ini maka ada beberapa hal yang
mungkin akan mempermudah kita untuk mengerti: Hukum untuk manusia yang tidak
mendengar nasihat dan kebahagiaan bila Tuhan menolong.
1.Kekayaan itu baik adanya
Didalam nats ini, tidak ada disebutkan nama si
orangkaya tetapi sangat jelas dikatakan tentang kekayaannya, melalui: a. berpakaian
jubah dari bahan yang halus, b. setiap hari bersukaria dalam kemewahan. Melalui
perkataan itu menunjukkan bagaimana banyaknya manusia yang hidup dalam
kemewahan. Tetapi perlu diingat bahwa kekayaan bukan jaminan akhir.
2.
Disisi lain banyak orang hidup dalam kesusahan dan penuh
kegetiran
Lasarus adalah ikon manusia di dalam kemiskinan,
Lasarus yang artinya Tuhan adalah penolongku. Melihat dari arti nama Lasarus,
menggambarkan dia adalah orang yang selalu membutuhkan pertolongan, hal ini
bisa dilihat dari: a. badannya penuh dengan borok, b. berbaring dekat pintu
orang kaya, c. menghilangkan lapar dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya,
d. malahan anjing-anjing yang datang dan menjilat boroknya. Gambaran diatas
menunjukkan bagaimana kehidupan di dunia ini dan mengingatkan kita berusahalah
mengisi kehidupan dengan bekerja disaat kita masih mampu dan diberi kesempatan
dalam kesehatan.
3.Manusia akan menerima upahnya dipenghakiman akhir
Sulit menemukan titik temu antara kehidupan si
kaya dan si miskin, sudah hampir tidak pernah si kaya dan si miskin hidup
bergandengan di dalam suatu komunitas. Apa penyebabnya? Tentu karna kebutuhan
dan sumber yang berbeda. Tetapi apakah kekayaan dan kemiskinan di dunia
mempengaruhi di penghakiman akhir? Tentu tidak! Sebab dimata Tuhan tidak ada si
kaya dan si miskin. Hanya bagaimana manusia itu menempatkan dirinya sebagai
ciptaan dan mensyukuri segala yang ada dan yang diperoleh adalah anugerah.
Demikian di hari penghakiman manusia akan menerima
upahnya sesuai dengan apa yang dilakukan. Artinya harta di dunia bukan jaminan
untuk beroleh kehidupan yang kekal seperti yang ditunjukkan atau digambarkan
pada nats ini (ay 22-23).
4.
Berbahagialah
orang yang mendengar firman Tuhan dan memeliharanya dalam kehidupannya
Kedudukan manusia sama di mata
Tuhan baik si kaya maupun si miskin sama-sama harus melalui kematian untuk
sampai ke penghakiman akhir. Untuk itu dengar dan peliharalah firman Tuhan
dalam kehidupanmu supaya engkau beroleh kehidupan yang kekal di sorga sebab
Tuhan Allahmu tidak akan pernah memperhitungkan sekaya apa atau semiskin apa
kehidupanmu di dunia. Yang Tuhan perhitungkan bagaimana engkau mempergunakan
dan syukuri yang Tuhan telah titipkan dalam kehidupanmu. Amin, Tuhan
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar